greenery, paddy, fields-287239.jpg

Balada para ratu memperebutkan emas

Dahulu kala tanah ini di kenal dengan Sunda Kelapa, tak terhitung berapa banyak karya sastra tercipta karena keindahan lambaiannya bahkan para penjajah yang katanya begitu kejam menguasai tanah berabad-abad tidak menjamahnya karena mungkin mereka tau apa akibatnya …

        Konon, sebelum penghuni bumi diciptakan, para Dewata menulis pesan dalam kitab suci kalau mahluk yang akan diciptakan itu memiliki sifat biadab, serakah, kikir dan kebanyakan dari mereka akan dengan bangga ikut dalam rombongan setan..

        Saling sikut, saling fitnah sudah menjadi kebiasaan, penguasa tidak sanggup menolak upeti  yang bahkan perlu banyak kuda untuk membawanya kedalam singgasana. Tertulis dalam kitab suci para penghuni bumi itu sudah kelewat batas mengikuti hawa nafsunya untuk memupuk kekayaan, sang Dewa pun murka hingga mahluk berkaki dua dan berakal itu dikutuk menjadi monyet dan babi

       Berpuluh-puluh abad kemudian pantai sunda kelapa nan indah dipandang hanya tinggal dalam lirik lagu jaman dulu, buah yang semula diberikan sebagai berkah dari Yang Kuasa berubah menjadi candu yang terus menerus di rebut dari tangan mereka yang berhak.

       Entah sudah berapa kali negeri tercinta ini mengalami berbagai macam ironi, negeri yang dikenal dengan sebutan penghasil kelapa terbesar di dunia ini rakyatnya harus bersusah payah untuk bisa mendapatkan satu kantong minyak goreng yang bahkan untuk membelinyapun di batasi.

        Sudah beberapa hari rutinitas berubah saat dia selesai melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga, tugas berikutnya menanti dan dia berubah menjadi pejuang yang siap demi mendapatkan dua kantong minyak goreng. 

lIustrasi Minyak Goreng bimcbali.com

       Waktu masih menunjukkan jam 08:30 namun minyak goreng di super market yang pertama sudah kehabisan dan  para emak-emak sudah tancap gas motornya meluncur ke medan laga berikutnya dengan harapan semoga hari ini bisa membawa pulang minyak goreng sebisanya. Berbagai macam trik-trik dimainkan dengan harapan bisa mendapatkan minyak goreng lebih banyak, seperti membawa nenek, anak kecil bahkan tetanggapun diajak. Minyak goreng yang baru keluarpun sudah langsung dibagikan tanpa sempat di pajang dirak yang dibiarkan melompong. Belanja di super market yang tadinya nyaman telah berubah menjadi tempat perebutan minyak goreng, begitu sengitnya perebutan membuat satpam yang tadinya galak tidak berdaya. Mini market yang terkenal karena cabangnya sudah merasuk ke komplek perumahan itu tidak  punya stok yang cukup, konon pembeli sudah harus antri di pagi hari sebelum toko dibuka, anehnya super market yang cabangnya tidak banyak malah punya stok yang cukup. Yang lebih aneh lagi banyak sekali merek-merek baru yang muncul yang terkesan asal dalam memilih nama produknya, ada minyak goreng dengan merek “JUJUR” yang terdengar seperti ironi dibalik merek-merek siluman ini

      Berabad-abad telah berlalu namun cerita keserakahan penghuni bumi ini tidak juga berubah, semoga kali ini Tuhan lebih sabar sehingga tidak perlu mengutuk mengubahnya menjadi monyet-monyet lagi, Aamin…

Tulisan oleh:
Muhamad Surya

Japanese Simultaneous interpreter, translator & narator